iereon
fact and real
Minggu, 04 Mei 2014
KATA KERJA OPERASIONAL
Kemarin, ada tugas mengenai kata kerja operasional yang merupakan hak paten dari seorang guru untuk menguasainya. Hal ini yang mendorong saya untuk membuat postingan ini, walaupun ini hasil copas dari rumah teman sebelah :) , so check this out di sini . Semoga dapat membantu kawan-kawan (Guru / calon-calon guru) yang ingin memahami tentang kata kerja operasinal.
Sabtu, 03 Mei 2014
METODOLOGI PENELITIAN (PROSEDUR PENELITIAN)
Hakekat dan Karakteristik Penelitian
Sebagai pendahuluan, untuk memahami hakekat dan karakteristik penelitian, sering orang awam dan peneliti pemula (diantaranya saya) bertanya, apakah penelitian itu? untuk menjawabnya, berikut ada beberapa ciri dan karakteristik penelitian dari berbargai sumber dan pakar, yang meliputi ;
1. suatu penelitian dirancang dan diarahkan guna memecahkan suatu masalah atau problem statement tertentu. pemecahannya dapat berupa jawaban atas suatu masalah, atau untuk melihat hubungan antara dua atau lebih variabel yang menjadi fokus suatu penelitian. dalam konteks ini penelitian berfungsi sebagai alat untuk memecahkan suatu masalah.
2. Suatu penelitian tekanannya pada pengembangan generalisasi, prinsip serta teori. hasiolnya mempunyai nilai deskripsi dan prediksi. deskripsi dan prediksinya berdasarkan pada hasil penemuan atau observasi terhadap sampel yang representatif sehubungan dengana objek, kelompok atau situasi yang menjadi fokus dan populasi penelitian yang dikerjakan.3. Suatu penelitian berangkat dan bermuara pada masalah atau objek yang dapat diobservasi. prosedur penelitian tidak dapat digunakan untuk menjawan soal-soal yang tidak bisa diobservasikan dan tidak mempunyai bukti empiris. bangunan pengetahuan yang dihasilkan berasal dari verifikasi empiris.
4. Suatu penelitian memerlukan observasi dan deskripsi yang akurat. penelitian menggunakan kuantifikasi serta berbagai alat pengukuran, analisis, dan deskripsi yang secermat-cermatnya. peneliti perlu mengupayakan instrumen dan prosedur pengumpulan data yang valoid sehingga membuahkan hasil analisis atau penemuan yang akurat dan terpercaya. untuk keakuratannya maka digunakan alat-alat mekanik, elektronik, psikometri, serta peralatan lainnya yang sesuai.
5. suatu penelitian berkepentinmga dengan penelitian baru, jadi bukan sekadar mensintesis atau mengorganisasi hal-hal yang telah diketahui sebelumnya. dalam konteks ini, penelitian berfungsi sebagai inovasi.
6. suatu penelitian dirancang secara teliti prosedur-prosedurnya serta dilakukan secara rasional. demikian juga dalam hal analisis data dilakukan dengan penuh kehati-hatiandan menggunakan teknik-teknik yang cermat.
7. suatu penelitian menuntut keahlian. peneliti perlu mengetahui secara memadai permasalahan yang diselidikinya. oleh karena itu, peneliti perlu mengetahui penemuan-penemuan sebelumnyayang relevan, juga mengetahui baha-bahan kepustakaan lainnya yang berkenaan dengan permasalahan yang ditelitinya.
8. suatu peneliti dikakukan dengan upaya objektif dan logis. untuk itu senantiasa mengupayakan validasi, baik terhadap prosedur yang digunakan maupun tehadap data yang dikumpulkan serta di dalam penyimpulannya. penelitian tekanannya pada pengujian hipotesis, bukan pembuktian hipotesis(bagi penelitian berhipotesis). dengan kata lain, perlu harus menggunakan pola berpikir rasional, objektif, logis, dan sistematis.
9. suatu penelitian menuntut kesabaran dan tidak dilakukan secara tegesa-gesa, pencatatan dan pelaporannya pun dilakukan secara amat hati-hati ( perlu ketelitian dan kecermatan yang tinggi ). prosedurnya dijabarkan secara terperinci, referensinya dinyatakan secara tegas, serta hasilnya dijabarkan secara objektif. kesimpulannya disajikan atas dasar bukti-bukti yang ada, objektif, hati-hati, dan cermat.laporannya dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi sarjana atau peneliti lain yang ingin mengkajinya. penelitian dalam konteks ini berperan sebagai dasar pengembang ilmu yang sudah ada, bahkan mungkin juga menemukan teori atau ilmu baru.
10. suatu penelitian, kadang menuntut keberanian untuk menaggung resiko. hal itu terjdi karena hasil penelitian, bisa jadi berlawanan atau menyerang otoritas politik dan agama yang berlaku. ingat sejarah Copernicus (11473-1543) yang harus mati ditiang gantungan karena peemuannya "matahari sebagai pusat sistem edar, bukan bumi)" yang bertentangan dengan dogma agama yang dianut masyarakat Polandia waktu itu. Penelitian dalam konteks ini berhadapan dengan kebenaran dan keberanian menaggung resiko.
Penelitian adalah semua kegiatan pencaraian, penyelidikian , dan percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi.
Susunan dan Keberlangsungan Proses PenelitianBerdasarkan dengan susunan proses penelitian ilmiah ada empat dimensi yang bekaitan satu sama lain, yaitu
- masalah praktis atau masalah sosial yang merupakan titik permulaan penelitian ilmih
- metodologi atau teori ilmu pengetahuan yang perlu dipakai untuk emngembangkan pengetahuan ilmiah;
- metode dan teknik yang dapat dipakai untukmenerapkan teori ilmu pengetahuan menjadi proses penelitan empiris;
- pengelolaan yang diperlukan untuk melakukan penelitian ilmuah secaraterencan, tepat, dan bermanfaat.
Metode Penelitian Ilmiah
Metodologi (filsafat ilmu) bermaksud menerangkan proses pengembangan ilmu pengetahuan. guna menghasilkan pengetahuan ilmiah yang memungkinkan pemecahan masalah praktis tertentu, teori ilmu pengetahuan perlu di terapkan dalam proses penelitian empiris. proses penelitian empiris meliputi bermacam-macam metode dan teknik yang dikerjakan ddalam urutan waktutertentu. Tahapan proses penelitian menurut J.J.J.M. Wuisman (1991) meliputi 11 (sebelas) langkah yaitu sebagai brerikut
Perumusan Masalah
Proses penelitian dimulai dengan menerangkan apa yang ingin atau hebdak diteliti. hal ini biasanya berhubungan dengan masalah praktis yang dikaitkan dengan proses ilmiah tertentu dan memungkinkan dikembangkan pengetahuan ilmiah yang diperlukan. dengan demikian masalah praktis yang dikemukakan dalam bahasa sehari-hari diterjemahkan dalam bahasa ilmu menjadi permasalahan ilmiah. biasanya permasalahan ilmuah lebih bersifat umum.
Pembuatan Teori
Setelah permasalahan dirumuskan, langkah berikutnya adalah dibuatkan atau dicarikan teori yang merengkankan semua aspek permasalahan ilmiah. hal ini dilakukan dengan menjabarkan permasalahan umum menjadi sejumlah masalah spesifik, masing-masing menerangkan aspek permasalahan umum tertentu. Sedapat mungkin masalah spesifik tersebut saling berkait. setiap masalah spesifik dikemukakan dalam bentuk pernyataan atau proposisi. Pernyataan atau proposisi yang perlu diuji kebenarannya itu biasa disebut dengan hipotesis. Hasil penjabaran permasalahan umum adalah himpunan pernyataan ilmiah (hipotesis) yang berhubungan secara sistematis satu dengan yanng lain. Semua pernyataan ilmiah itu merupakan teori yang akan diusahakan menunjukan ketidakbenarannya, dengan kata lain perlu diuji atau diverifikasi kebenaran atau validitasnya.Operasionalisasi Konsep
Operasionalisasi konsep adalah langkah yang digunakan untuk menentukan kondisi empiris yang kiranya berguna untuk setiap hipotesis. Dalam hal ini perlu diperhatikan 3 hal penting yang berhubungan dengan masalah;
- jenis kesatuan (unit of analysis) beserta universum (universe of discourse);
- variabel (variable) beserta nilai-nilainya (values);
- hubungan antara variabel (relations) beserta nilainya.
Pengumpulan dan Pengolahan data
Setelah ditegaskan dan diklarifikasikan data yang dibutuhkan, lalu dibuat rencana kerja untuk mengumpulkan dan mengolahnya. Adapun langkah-langkahnya meliputi:
- disiapkan penarikan sampel kesatuan (apabila dipakai) dengan menyiapkan daftar kesatuan (kader, frame) dan ditentukan teknik pengambilan sampel;
- dibuat teknik pengambilan data ( misalnya, daftar pengamatan, daftar pertanyaan atau tes);
- teknik pengmabilan data dan penarikan sampel dicoba, untuk mengetahui keterandalan dan keberlakuannya.
- dilakukan pengukuran (measurement) terhadap semua kesatuan yang dipilih melalui pengamatan, wawancara atau teknik pengumpulan data yang lain;
- diadakan pemeriksaan kembali hasil pengukuran (editing) dan dilakukan pemberian kode (coding).
Analisis Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data, pengolahan data, selanjutnya diikuti dengan analisis. melalui analisis data yang sangat beraneka ragam dan berjumlah banyak dipadatkan menjadi keterangan empiris yang ringkas danmudah dimengerti. analisis data diawali dengan pembuatan rencana analisis data. kemudian program analisis dilakukan pada himpunan data yang ada. Hasil analisis dikemukakan dalam bentuk pernyataan empiris.Interpretasi dan Generalisasi Data
dalam penelitian kuantitatif, proses penelitiana dilanjutkan dengan intrepertasi pernyataan impiris dalam kaitan dengan hipotesis yang akan diuji. Tujuannya adalah menyusun kembali teori yang dibuat untuk penelitian ilmia, mulai dari data yang dihasilkan.
dengan carta ini dapat dinilai apakah teori dapat ditunjukan ketidakbenarannya atau tidak. apabila teori ini tidak dapat ditunjukan ketidakbenarannya berdasarkan hasil penelitian, yakni tidak ditolak, maka hasil penelitian dapat dipakai untuk merumuskan rekomendasi yang menerangkan kemungkinan menangani masalah praktis. sebaliknya apabila teori bersangkutan ternyata berhasil ditunjukan ketidakbenarannya, yaitu ditolak maka proses penelitian perlu diakhiri dengan menunjukan implikasi untuk penelitian ilmiah yang berikutnya. teori yang berhasil ditunjukan ketidakbenarannya tidak berguna untuk membuat rekomendasi untuk memecahkan masalah praktis.Pengelolaan Penelitian Ilmiah
Penelitian ilmiah tidah dapat dilaksanakan terlepas dari dukungan pihak lain. penelitian ilmiah memerlukan bermacam-macam input materill, keuangan, tenaga kerja. Selain itu, perlu juga dikembangkan jaringan hubungan sosial (networking) dengan berbagai pihak. Proses penelitian ilmiah perlu disiapkan secara terencanadan dikelolah secara teratur. Perkembangannya perlu dijaga tahap demi tahap dan dinilai kembali setelah selesai. Berhubungan dengan ini perlu dikembangkan bentuk orgsnisasi dan pengolaan yang mendukung pelaksanaan proses penelitian dengan tepat dan berguna.
Dari segi pengelolaan, proses penelitian ilmiah dapat dibagi menurut beberapa tahapan. Masing-masing tiap tahapan berakhir dengan hasil yang disajikan dalam bentuk dokumen atau laporan. Dokumen atau laporan itu adalah tonggak pemantauan dan penialaian perkembangan proses penelitian.Perumusan Usulan Penelitian
Persiapan proses penelitian dimulai dengan menyusun suatu usulan penelitian (research proposal). Dalam proposal ini dituangkan mengenai jenis penelitian apa yang perlu dilakukan beserta maksud (purpose) tujuan umum (objective), tujuan spesifik (goals), serta sasaran (target) yang ingin dicapai. selain itu, digambarkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap-tahap yang berikutnya beserta struktur organisasi yang dipakai, dinyatakan dalam garis besar (guide line), serta anggaran yang dibutuhkan. Proposal ini biasa dipakai dalam perundingan pertama dengan pihak sponsor atau pihak lain yang berkepentingan dengan penelitian ilmiah tersebut.Pembuatan Rencana Kerja
Setelah proposal atau usulan penelitian diterima, maka penelitian ilmiah dilanjutkan dengan membuat suatuu rencana kerja (plan of operation, plans-Op) yang meliputi penjabaran semua kegiataan yang perlu dilakukan beserta hasil yang perlu diperoleh, jadwal waktu dan anggaran. dalam rencana ini diuraikan secra terperinci bagaimana semua tujuan spesifik (goals) dan sasaran (target) penelitian dapat dicapai, sumber-sumber materiil, tenaga kerja dan keuangan yang dipakai, prosedur pengeloaan proses penelitian dan cara mengumumkan hasil beserta publikasinya.Pembimbing Pekerjaan Lapangan
Pelaksana rencana kerja penelitian biasanya meliputi jumlah kegiatan yang besar dan sangat beraneka ragam, khusunya apabila pengambilan data dan analisis dikelolah oleh ilmuan sendiri dengan membentuk sebah kelompok penelitian (research team)
. Beberapakegiatan yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut.
- dalam rangka persiapan pengumpulan data perlu dibuat daftar kesatuan (kader, frame) untuk menarik sampel (apabila dipakai), daftar pertanyaan dan daftar pengamatan beserta pedoman pengisian daftar pertanyaan dan pedoman pengisisan daftar pangamatan obserrvasi.
- dicari tenaga pencacah (interviewrs, observers, enumerator) atau asisten penelitian lain yang diberikan latihan wawancara atau pengamatan, dan apabila perlu latuihan pengolaaan dan pemadatan (analisi) data.
- diadakan uji coba tatacara pengumpulan, pengolahan, dan analisis data di lapangan.
- perlu disusun dan dilaksanakan rencana logistik yang memadai untuk mendatangi semua tempat yang telah ditentukan dan melakukan pekerjaaan yang diminta dengan sebaik-baiknya dan tepat guna.
- selam data dikumpulkan perl;u diaksanakan pengawasan secara berkesinambungan terhadap keterandalan data.
- pengolahan data perlu disiapkan dengan membuat sistem klasifikasi data atau buku kode dan pedoman pemindahan data beserta daftar isi data atau matriks data.
- pengolahan pemindahan data perlu direncanakan dan dikerjakan secara teliti dan cermat.
Pelaporan
Proses penelitian biasanya berakhir dengan pemadatan data (analisis) dan pembelritahuan hasil penelitian kepada pihak lain dalam bentuk laporan penelitian buat pihak sponsor misalnya dalam bentuk makalah, kertas kerja, monografi, laporan penelitian, skripsi, tesis, atau jenis buku yang lain.
Secara umum tujuan penelitian menurut S. Margono (1997) adalah untuk meningkatkan daya imajinasi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Kemudian meningkatkan daya nalar untuk mencari jawaban permasalahan itu melalui penelitian. Selain itu, juga sebagai alat belajar untuk mengintegrasikan bidang-bidang studi yang diperoleh selamaperkuliahan yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti.
sedangkan secara khusus tujuan penelitian adalah untuk membentuk kemampuan dan keterampilan menggunakan rancangan-rancangan statistik penelitian yang berpedoman pada pemecahan masalah yang sedang diteliti. sehingga terampil menyusun proposal penelitian, lebih-lebih berkaitan dengan pembangunan sosial dan peningkatan mutu pendidikan
Berikut adalah kegiatan yang dimaksud sesuai dengan langkah-langkah berpikir ilmiah. Secara umum ada 6 (enam) langkah berpikir ilmiah, yaitu sebagai berikut.
Merasakan Suatu Kesulitan
Peneliti merasakan kesenjangan antara alat-alat untuk mencapai suatu tujuan atau peneliti merasakan kesulitan menetukan ciri-ciri atau pola dari suatu objek, serta merasakan kesukaran merangkan sesuatu peristiwa.
Menegaskan Persoalan
Setelah merasa adanya kesulitan, perlu ditegaskan apa persoalan sebenarnya. Peneliti harus mampu merumuskan inti persoalan atau permasalahan yang dirasakan dan mengaskan apa hakekat objek atau peristiwa sebenarnya.
Menyusun Hipotesis
Apabila sudah dirumuskan persoalan, disusunlah kemungkinan pemecahan persoalan, atau menerangkan objek atau peristiwa itu. Usaha menyusun pemecahan atau usaha menerangkan persoalan peristiwa itu bedasarkan teori-teori, atau dugaan-dugaan yang hanya bersifat sementar.
Mengumpulkan data
Data adalah bahan informasi untuk proses berpikir gamblang (eksplisit). Kemungkinan-kemungkinan pemecahan persoalan, atau keterangan-keterangan sementara yang sudah disusun haruslah diuji melalui pengumpulan data yang relevan atau ada kaitannya, data yang terkumpul ini kemudian diolah untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan.
Mengambil Kesimpulan
Berdasarkan data yang sudah diolah lalu diambillah kesimpulan untuk menerima atau menolak hipotesis yang dirumuskan pada langkah berpikir ketiga di atas.
Menentukan Kegunaan atau nilai Umum dari Kesimpulan
Jika pemecahan masalah tersebut dapat diterima maka dipertanyakan apa kegunaannya untuk masa mendatang atau apa nilai pemecahan masalah itu untuk kepentingan yang akan datang.
Prosedur Penelitian
Prosedur atau tahapan penelitian dilakukan secara terencana dan sistematis sehingga jawaban tehadap masalah yang diteliti dapat diberikan secara akurat.
urutan dan sistematika langkah-langkah atau prosedur penelitian yang lazim dilakukan, meliputi;
- identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah;
- telaah kepustakaan tau kajian teoretis;
- menyusun hipotesis
- identifikasi, klarifikasi, definisi operasional dari ubahan-ubahan (variabel);
- menentukan dan mengembangkan alat pengambil data ( instrumen penelitian);
- menyusun rancangan penelitian atau desain penelitian
- menentukan sampel;
- mengumpulakan data;
- mengolah atau mengalisis data;
- menafsirkan hasil analisis data;
- menafsirkan ahasil analisis data atau mengiterprestasikan data;
- menyususn laporan penelitian.
Daftar Pustaka
Zuriah Nurul. 2005. Metodologi Penelitian, Sosial dan Pendidikan.Malang: Bumi Aksara.
Minggu, 02 Februari 2014
MAKALAH KIAT PENDIDIKAN MATEMATIKA DI MALUKU
MAKALAH
KIAT
PENDIDIKAN MATEMATIKA DI MALUKU
Disusun
Oleh :
Irna
Natasya Onso
NPM
:
2011
12 103
PROGRAM
STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
DARUSSALAM AMBON
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke
hadiratallah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang hingga saat ini masih melimpahkan
karunia dan pertolongan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah “Kiat Pendidikan Matematika di Maluku” yang merupakan bagian tugas
akhir dari mata kuliah Kajian Matematika
Sekolah III.
Melalui kesempatan ini, penulis
ingin menghanturkan sebuah makalah dengan judul seperti di atas kepada para
pembaca sekalian semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk para pembaca.
Penulis menyadari dalam
penyusunan makalah ini terdapat beberapa kesalahan penulis dalam merangkai
kalimat ataupun kata demikian saya meminta pemakluman dari para pembaca yang
budiman.
Ambon, 30 Januari 2014
penyusun
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Perkembangan
Matematika
B.
Keterbatasan
Manusia serta Manusia sebagai Wahana Pendidikan
BAB II HAKEKAT MATEMATIKA
A.
Definisi
Matematika
B.
Karakteristik
Matematika
C.
System
dan Struktur dalam Matematika
D.
Hakim
tertinggi Matematika
BAB III MATEMATIKA SEKOLAH
A.
Tujuan
Pendidikan Matematika Sekolah
B.
Pola dedukif
dan Induktif
C.
Abstrak-
konkrit
D.
Number
Sense dan Simbol Sense
BAB IV NILAI – NILAI DALAM PENDIDIKAN MATEMATIKA
A.
Arah
Pembelajaran dan Pengembangan Peserta Didik
B.
Aspek
Kognitif, Apektef dan Psikomotor dan
Beberapa Nilai Lainnya
BAB V KIAT GURU MATEMATIKA
A.
Melihat
Masa Depan
B.
Meningkatkan
Kemampuan Diri Guru
C.
Straegi,
Pendekatan, Metode dan Teknik
BAB VI TANTANGAN PENDIDIKAN GURU
A.
Tentang
Matematikawan dan Pendidikan Matematika
B.
Pendidikan
Guru Matematika
BAB VII TANTANGAN PENDIDIKAN GURU MATEMATIKA DI MALUKU
A.
Hambatan
Guru Matematika di Maluku
B.
Solusi
untuk Meningkatkan Kualitas Guru dan Peserta Didik
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Perkembangan
Matematika
Matematika selalu berkembang, misalnya di Cina pada tahun 300 SM, di India pada tahun 100 M, dan di Arab pada tahun 800 M, hingga zaman Renaisans, ketika temuan baru matematika
berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru yang mengarah pada peningkatan yang cepat di dalam
laju penemuan matematika yang berlanjut hingga kini.
Adapun Perkembangan matematika ini sangat berkaitan
pada sejarah matematika itu sendiri. Perkembangan ini dimulai dari perkembangan
matematika sebelum abad 15-16, perkembangan matematika abad 15-16, perkembangan
matematika setelah abad 15-16.
1.
Perkembangan
matematika sebelum abad 15-16
1.1. Matematika Prasejarah
(prehistoric Mathematics)
Asal usul pemikiran matematika terletak pada konsep
angka, besar dan bentuk.Konsep angka juga telah berevolusi secara bertahap dari
waktu ke waktu.Seperti halnya pada zaman purba, berabad – abad sebelum Masehi.
Manusia telah mempunyai kedasaran akan bentuk – bentuk benda di sekitarnya yang
berbeda. Seperti batu, berbeda dengan kayu, pohon yang satu berbeda dengan yang
lain. Kesadaran seperti ini yang menjadi bibit lahirnya matematika yang tetua.
2.
Timur
Dekat Kuno ( ancient Near east )
2.1. Mesopotania ( matematika babylonia)
Matematika babylonia telah mengembangkan matematika dengan menuliskan
tabel perkalian pada tablet tanah liat, menangani latihan geometri,
masalah pembagian serta mencakup topik mengenai pecahan, aljabar, persamaan
kuadrat dan perhitungan pasangan berbalik nilai. Pada masa ini telah
ditulis sistem angka sexagesimal (basis-60). Dari sini berasal penggunaan
modern dari 60 detik dalam satu menit, 60 menit dalam satu jam, dan 360 (60 x
6) derajat dalam lingkaran, serta penggunaan detik dan menit dari busur untuk
menunjukkan pecahan derajat
2.2. Mesir (matematika mesir)
Teks matematika yang paling luas adalah papirus Rhind
(Papyrus Ahmes) yang berisi tentang uraian belajar aritmatika, geometri, teori
bilangan, dan persamaan linier.
2.3. Yunani (Matematika Yunani dan
hanenistik)
Matematikawan Yunani menggunakan logika untuk mendapatkan kesimpulan
dari defenisi dan aksioma dan digunakan ketelitian matematika untuk bukti
mereka.Thales dari Miletus adalah matematikawan pertama yang menerapkan penalaran
deduktif pada geometri.
Melalui penggunaan penalaranlogika dan abstraksi, matematika berkembang dari pencacahan, perhitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematis terhadap bangun dan pergerakan benda-benda fisika. Matematika praktis telah menjadi kegiatan manusia
sejak adanya rekaman
tertulis.Argumentasi kaku pertama muncul di dalam Matematika Yunani, terutama di dalam karya Euklides, Elemen.
2.4.India (Matematika India)
Catatan tertua matematikawan India seperti The Sulba Sutra berisi
lampiran teks-teks agama yang memberikan aturan sederhana untuk membangun altar
berbagai bentuk, seperti kotak, persegi panjang, dan lain-lain.lampiran ini
juga memberi metode untuk membuat lingkaran dengan memberikan persegi yang
luasnya sama.Sedangkan catatan The Siddhanta Surya
memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan sinus invers, dan
meletakkan aturan untuk menentukan gerakan yang sebenarnya posisi benda-benda
langit. Madhava dari Sangamagrama menemukan seri Madhava-Leibniz
dan menghitung nilai π sebagai 3,14159265359.
2.5. Matematika Islam (abad
pertengahan)
Matematikawan
Persia, Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi sering disebut "bapak aljabar"
menulis beberapa buku metode untuk memecahkan persamaan aljabar.Perkembangan
lebih lanjut dalam aljabar dibuat oleh Al-Karaji dengan memperluas metodologi
untuk menggabungkan kekuatan dan akar integer-integer dari jumlah yang tidak
diketahui.[1][6]
Sedangkan
Omar Khayyam menulis Discussions of the Difficulties in Euclid,
sebuah buku tentang kelemahan dalam Euclid's Elements, terutama postulat paralel dan meletakkan dasar untuk geometri
analitik dan geometri non-Euclidean. Sharaf al-Din al-Tusi memperkenalkan
konsep fungsi dan dia adalah orang pertama yang menemukan turunan dari
polinomial pangkat tiga yang dikembangkan dari konsep kalkulus diferensial.
3.
Matematika
Eropa abad Pertengahan (medieval European mathematics)
3.1. Abad Pertengahan Awal (Early Middle Ages)
Pada masa ini, Boethius seorang matematikawan memasukkan
matematika ke dalam kurikulum ketika menciptakan quadrivium istilah untuk menggambarkan studi
aritmatika, geometri, astronomi, dan musik.
3.2. Kebangkitan Kembali (Rebirth)
Semenjak buku Khawarizmi The Compendious Book
on Calculation by Completion and Balancing diterjemahkan dan
teks lengkap Euclid's Elements. Berdampak dengan banyaknya pembaruan dalam
matematika.Seperti halnya Fibonacci yang menulis dalam Abaci Liber.
4. Perkembangan
Matematika Abad 15 – 16
Perkembangan
matematika hampir berhenti antara abad keempat belas dan paruh pertama abad
kelima belas.Karena banyak faktor-faktor sosial menyebabkan situasi ini.Namun pada awal
pertengahan abad kelima belas terjadi perubahan secara bertahap.
5. Perkembangan
Matematika Setelah abad 15 – 16
Pada abad ke-17, Simon Stevin menciptakan
dasar notasi desimal modern yang mampu menggambarkan semua nomor, baik rasional
atau tidak rasional. Gottfried Wilhelm Leibniz di Jerman, mengembangkan
kalkulus dan banyak dari notasi kalkulus masih digunakan sampai sekarang.
Ahli matematika yang paling berpengaruh pada abad
ke-18 adalah Leonhard Euler. Kontribusinya berupa pendirian studi tentang teori
graph dengan Tujuh tangga dari masalah Königsberg untuk standardisasi banyak
istilah matematika modern dan notasi serta mempopulerkan penggunaan π sebagai
rasio keliling lingkaran terhadap diameternya. Selanjutnya Joseph Louis
Lagrange banyak memiliki karya pada matematika, seperti teori bilangan,
aljabar, kalkulus diferensial dan kalkulus variasi
Pada abad ke-19, banyak matematikawan yang mengkaji berbagai bidang pada
matematika. Seperti Hermann Grassmann di Jerman memberikan versi pertama
ruang vector, William Rowan Hamilton di Irlandia mengembangkan aljabar
noncommutative, George Boole di Inggris merancang aljabar yang sekarang disebut
aljabar Boolean yang menjadi titik awal
dari logika matematika dan memiliki aplikasi penting dalam ilmu komputer, dan
Georg Cantor mendirikan dasar pertama dari teori himpunan. Salah satu tokoh fenomenal dalam matematika abad
ke-20 Srinivasa Aiyangar Ramanujan, seorang otodidak India yang membuktikan
lebih dari 3000 teorema. Termasuk sifat-sifat angka yang sangat komposit,
fungsi partisi dan asymptotics, dan fungsi theta. Dia juga membuat investigasi
besar di bidang fungsi gamma, bentuk modular, seri berbeda, seri hipergeometrik
dan teori bilangan prima. Perkembangan terakhir adalah pada tahun 2003
konjektur Poincaré diselesaikan oleh Grigori
Perelman.
Kini, matematika
digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, dan ilmu sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika
terapan, cabang
matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang
lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru, dan
kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang sepenuhnya
baru, seperti statistika dan teori permainan.Para matematikawan juga bergulat di
dalam matematika
murni, atau
matematika untuk perkembangan matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan di
dalam pikiran, meskipun penerapan praktis yang menjadi latar munculnya
matematika murni ternyata seringkali ditemukan terkemudian.
B. Keterbatasan Manusia dan Manusia
sebagai Wahana Pendidikan
Manusia adalah
makhluk yang dilahirkan paling sempurnah. Manusia memiliki kemampuan kognitif
untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di sekelilinganya
melalui indra yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa – apa yang
dilihat atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan aksi apa yang hendak
dilakukan untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal – hal yang dapat
mempengaruhi kemampuan kognitif pada manusia
meliputi tingkat intelejensi, kondisi fisik dserta kecepatan system
pemprosesan informasi terganggu, maka akan berpengaruh pada rreaksi manusia
yang dalam mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.
Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah
atau gangguan pada kemampuan kognitif. Masalah yang dialami bisa terjadi sejak
lahir, atau terjadi perubahan pada tubuh manusia seperti terluka, terserang
penyakit, mengalami kecelakaan yang dapat menyebabkan kerusakan salah satu
indra, fisik atau juga mental. Akibat dari adanya keterbatasan kognitif ini,
manusia menjadi tidak mampu untuk memproses informasi dengan sempurnah. Dengan
ketidaksempurnaan ini maka manusia yang memiliki keterbatasan kognitif
mengalami masalah dalam meraba, mempelajari atau berfikir untuk bereaksi
terhadap keadaan yang dihadapinya
Persepsi dalam arti sempit melibakan pengalaman kita tapi secara psikis pengertian
itu tidaklah tepat. Tetapi lebih tepatnya persepsi merupakan proses yang
menggabungkan dan mengorganisir data – data indra kita (pengindraan) untuk
dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita ,
termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Dan di dalam mempresepsi keadaan
sekitar maka kita harus melibatkan indra kita maka akan lahir sebuah argument
yang berasasl dari informasi yang dikumpulkan dan diterima oleh alat reseptor
sensorik kita sehingga kita dapat menggabungkan aau mengelompokkan data yang
telaeh kita terima sebelumnya melalui pengalaman awal kita.
Disamping itu, manusia dipandang sebagai sosok
yang memiliki potensi.Bahwa manusia sejak dilahirkan, pada diri manusia sudah
ada sejumlah potonsi bawaan. Potensi ini mengacu kepada tiga kecenderungan
utama yaitu ; benar, baik dan indah. Atas dasar sudut pandang ini terliha bahwa
manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang memiliki moral manusia terdorong
unuk berbuat yang baik dan terpuji oleh karena pengaruh lingkungan terkadang
kecenderungan itu sering tidak tampak.Dalam hubungan dimensi dengan moral ini
maka pelaksanaan pendidikan ditujukkan kepada upaya pembentukkan manusia sebagai
pribadi yang bermoral.Tujuan pendidikan dititikberatkan pada upaya pengenalan
terhadap nilai – nilai baik dan kemudian mengintekrasikannya serta
mengimplementasikan moral tersebut kedalam sikap dan perilaku untuk pembiasaan
hidup.
Maka pada tahun 1970 para ahli pendidikan mulai sungguh –
sungguh mengembangkan teori pendidikan yang memberikan pada aspek moral dan
sikap.Di Indonesia kecenderungan ke arah tersebut mulai dikembangkan pendidikan
humaniora, populernya pendidikan
nilai (value education).Dimana yang
dicita – citakan oleh Pendidikan Nasional adalah pengembangan moral dan sikap
serta membentuk kepribadian peserta didik.
BAB II
HAKEKAT MATEMATIKA
A.
Definisi Matematika
Kata matematika berasal dari bahasa
Yunani (mathēmatiká) adalah
studi besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan beraneka topic pola,
bentuk dan entitas.Para matematikawan mencari pola dan dimensi – dimensi
kuantitatiflainnya, berkenaan dengan bilangan, ruang ilmu pengatahuan alam,
computer, abstraksi imajiner, atau entitas – entitas lainnya. Dalam pandangan
formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur
abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain
tergambar dalam filsafat matematika. Para matematikawan merumuskan konjektur
dan kebenaran baru melalui deduksi yang menyeluruh dari beberapa aksioma dan
definisi yang dipilih dan saling bersesuaian.
B. KARAKTERISTIK
MATEMATIKA
Memiliki objek abstrak
v Fakta
Fakta
merupak konvensi – konvensi yang diungkap dengan symbol tertentu.Symbol
bilangan “3” secara umum sudah dipahami sebagai bilangan “tiga”.Sebaliknya
kalau seseorng mengucapkan kata “tiga” dengan sendirinya dapat disimbolkan
dengan “3”. Fakta lain dapat terdiri atas rangkaian symbol, misalnya “3x5 = 15”
adalah fakta yang dipahami sebagai “tiga kali lima adalah lima belas.” Dalam
geometri juga terdapat symbol – symbol tertentu yang merupakan konvensi,
misalnya “//” yang bermakna “sejajar”. “0” yang bermakna “lingkaran”.
v Konsep
Konsep
merupakan idea abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan sekumpulan
“segitiga” adalah nama suatu konsep abstrak. Dengan konsep itu sekumpulan objek
dapat digolongkan sebagai contoh segitiga ataukah bukan.
Contoh
: “bilangan asli” adalah nama suatu konsep yang lebih kompleks karena bilngan
asli terdiri dari banyak konsep sederhana yaitu bilangan “satu, dua, tiga, dan
seterusnya”.
v Operasi
Operasi
adlah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan matematika yang
lain, sebagai contoh misalnya “penjumlahan”, “perkalian”, “gabungan” ,”insan”.
Unsure –unsur yang dioperasikan juga abstrak.Pada dasarnya operasi dalam
matematika adalah suatu relasi khusus operasi aturan untuk memperoleh elemen
tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui.
v Prinsip
Prinsip
adlah objek matematika yang kompleks, prinsip dapat terdiri dari beberapa fakta
, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi. Secara
sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan beberapa objek dasar
matematika.Prinsip dapat berupa aksioma, teorema, siat dan sebagainya.
1. Bertumpu
pada kesepakatan. Kesepakatan yang amat mendasar dalam matematika adlah aksioma
dan konsep primitive. Aksioma diperlukan untuk menghindarkan berputar –
putarnya argumentasi dalam pembuktian. Sedangkan konsep primitive diperlukan
untuk menghindarkan berputar – putar dalam pendefisian.
2. Berpola
piker deduktf. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran
yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan pada hal
yang bersifat khusus. Banyak teorema dalam matematika yang ditemukan melalui
pengamatan – pengamatan khusus, misalnya theorema Pythagoras, bila hasil
pengamatan tersebut dimasukkan dalam suatu struktur matematika tertentu maka
teorema yang ditemukan harus dibuktikan secar deduktif dengan menggunakan
teorema dan definisi terdahulu yang telah diterima.
3. Memiliki
symbol yang kosong dari arti. Dalam matematika terdapat banyak sekali symbol
yang digunakan baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Huruf – huruf yang
digunakan dalam model persamaan, missal x + y = z belum tentu bermakna atau
berarti bilangan. Makna huruf itu tergantung dari permasalahan yang
mengakibatkan terbentuknya model tersebut. Jadi secara umum bentuk dan tanda x
+ y = z masih kosong dari arti
4. Memperhatikan
semesta pembicaraan pembelajaran. Dalam menggunakan matematika diperlukan
kejelasan dalam lingkup apa symbol iti dipakai. Bila lingkup pembicaraannya
bilangan, maka symbol – symbol diartikan bilangan. Bila lingkup pembicaraannnya
transformasi maka symbol – symbol itu diartikan suatu transformasi. Lingkup
pembicaraan itu yang disebut semesta pembicaraan.
5. Konsisten
dalam sistemya. Dalam matematika terdapat banyak system. Ada system yang
mempunyai kaitan satu sama lain tetapi juga ada system yang dapat dipandang terlepas
satu sama lain. Missal dikenal system – system aljabar atau system – system
geometri. System aljabar dan system geometri tersebut dapat terpandang terlepas
satu sama lain tetapi di dalam system aljabar sendiri terdapat beberapa system
yang kecil yang terkait satu sama lain misalnya system aksioma dari group,
system aksioma dari ring dan sebagainya. Demikian juga dalam system geometri,
terdapat system kecil yang berkaitan satu sama lain. Misalnya system geometri
netral, system geometri Euclides, dan lain sebagainya. Di dalam masing – masing
system dan struktur berlaku konsistensi baik dalam makna maupun dalam hak nilai
kebenarannya. Kalau telah disepakati bahwa a + b = x dan x + y = p, maka a+ b +
y harus sama dengan p.
C. SISTEM
DAN STRUKTUR DALAM MATEMATIKA
Sistem adalah sekumpulan unsure atau elemen yang terkait satu sama
lain dan mempunyai tujuan tertentu. Unsur atau elemen dalam siste itu sangat
tergantung semesta pembicaraan.
Struktur adalah system yang di dalamnya membuat hubungan yang
hirarki.Suatu system aksioma yang diikuti dengan teorema – teorema yang dapat
diturunkan dari padanya membentuk suatu struktur.
Di dalam suatu struktur
matematika yang lengkap itulah terdapat “konsep primitive atau underfined
terms”, “aksioma – aksioma”, konsep – konsep lain yang didefinisikn an teorema
– teorema. Unsur terakhir ini sering memuat bentuk “lemma” atau “corollary”
bahkan kadang – kadang juga criteria.
Beberapa buah aksioma,
yang merupakan beberapa buah pertanyaan dapat membentuk suatu system apabila
memenuhi syarat tertentu yaitu independent atau bebas, konsisten atau taat asas
dan lengkap.
D. HAKIM
TERTINGGI MATEMATIKA
Kebenaran adalah hala yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan
maupun di luar ilmu pengetahuan. Dalam keilmuan biasanya dikenal dengan tiga
jenis kenbenaran yaitu :
1)
Kebenaran konsistensi. Kebenaran suatu
pernyataan yang didasarkan kepada kebenaran – kebenaran yang diterima terlebih
dahulu.
2)
Kebenaran korelasi. Kebenaran suatu
pernyataan yang didasarkan kepada kecocokannya dengan kenyataan yang ada.
3)
Kebenaran pragmatik. Kebenaran suatu
pernyataan yang didasarkan atas manfaat atau kegunaan dari intense pernyataan
itu.
Perhatikan definisi
berikut ini :
1.
Sudut adalah bangun yang terjadi jika
dua sinar berpangkal sama.
2.
Sudut adalah daerah bidang yang dibatasi
oleh dua sinar berpangkal sama.
Dengan menggunakan
definisi (a) belum dapat menentukan besar sudut, titik dalam sudut dan setengah
sudut.Perlu didefinisikan daerah sudut.Dengan menggunakan definisi (b) sudah
dapat uraian di atas menunjukkan bahwa hakim suatu pernyataan dalam matematika
adalah struktur yang disepakati untuk digunakan hakim atau penentu kebenaran
suatu pernyataan dalam matematika adalah strukturnya.
BAB III
MATEMATIKA SEKOLAH
Pengertian matematika sekolah menurut Erman
Suherman (1993:134) mengemukakan bahwa matematika sekolah merupakan bagian
matematika yang diberikan untuk dipelajari oleh siswa sekolah (formal), yaitu
SD, SLTP, dan SLTA. Menurut Soedjadi (1995:1) matematika sekolah adalah bagian
atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau
berorentasi pada pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika
sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap
perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk
mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.
Agar dalam penyampaian materi matematika
dapat mudah diterima dan dipahami oleh siswa, selain karaktakteristik yang
telah dipaparkan pada bab sebelumnya dalam matematika sekolah juga guru harus
memahami tentang karakteristik matematika sekolah. Menurut soedjadi(2000;13)
matematika memiliki karakteristik :
1.
Memiliki objek kajian abstrak
2.
Bertumpu pada kesepakatan
3.
Berpola pikir deduktif
4.
Memiliki symbol yang kosong dari
arti
5.
Mempehatikan semesta pembicaraan,
dan
6.
Konsisten dalam sistemnya
Sedang
menurut DEPDIKBUD(1993:1) matematika memiliki ciri – cirri yaitu :
1.
Memiliki objek yang abstrak
2.
Memiliki pola pikir deduktif dan
konsisten
3.
Tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
A. Tujuan
pendidikan Matematika
Adapun
tujuan dari pendidikan matematika adalah sebagai berikut :
1. Berlatih
cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya dalam kegiatan penelitian,
eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan
inkonsistensi
2. Mengembangkan
aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan
mengembangkan pemikiran difergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi
dan dugaan serta mencoba – coba.
3. Mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah
4. Mengembangkan
kemampuan, menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain
melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
B. POLA
DEDUKTIF DAN INDUKTIF
Prince dan Felder (2006) menyatakan
pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif,
memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan
teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan
kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit
memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan
dengan pengalaman mereka.Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan
pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan
Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya
adalah: ”All new learning involves transfer of information based on previous
learning”, artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi
berbasis pembelajaran sebelumnya.
Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep.Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan. Major (2006) memberi contoh pembelajaran barisan aritmetika sebagai berikut. Guru mulai pembelajaran dengan menulis definisi dipapan tulis: ‘barisan aritmetika adalah barisan yang memiliki beda sama’. Kemudian guru menjelaskan apa maksud ‘memiliki beda sama’. Kemudian guru melanjutnya pembelajaran, misalkan suku pertama barisan adalah a, dan beda b, maka a, a + b, a + 2b + … + (a + (n – 1)b) adalah barisan arimetika. Selanjutnya guru memberi contoh dan memberi soal untuk dikerjakan siswa.
Siswa sering mengalami kesulitan memahami makna matematika dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif.Hal ini disebabkan siswa baru memahami generalisasi atau kosep setelah disajikan berbagai contoh. Major (2006) menyarankan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif: (1) mulailah dengan menyatakan generalisasi secara jelas; (2) tulis definisi dipapan tulis; (3) jelaskan istilah-istilah dalam definisi; (4) secara hati-hati tekankan hubungan-hubungan sifat dalam generalisasi; (5) ilustrasikan dengan contoh; dan (5) berilah kesempatan siswa memberi atau mengerjakan contoh berikutnya.
Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif .Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan.Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi.Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi.Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep.Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan. Major (2006) memberi contoh pembelajaran barisan aritmetika sebagai berikut. Guru mulai pembelajaran dengan menulis definisi dipapan tulis: ‘barisan aritmetika adalah barisan yang memiliki beda sama’. Kemudian guru menjelaskan apa maksud ‘memiliki beda sama’. Kemudian guru melanjutnya pembelajaran, misalkan suku pertama barisan adalah a, dan beda b, maka a, a + b, a + 2b + … + (a + (n – 1)b) adalah barisan arimetika. Selanjutnya guru memberi contoh dan memberi soal untuk dikerjakan siswa.
Siswa sering mengalami kesulitan memahami makna matematika dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif.Hal ini disebabkan siswa baru memahami generalisasi atau kosep setelah disajikan berbagai contoh. Major (2006) menyarankan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif: (1) mulailah dengan menyatakan generalisasi secara jelas; (2) tulis definisi dipapan tulis; (3) jelaskan istilah-istilah dalam definisi; (4) secara hati-hati tekankan hubungan-hubungan sifat dalam generalisasi; (5) ilustrasikan dengan contoh; dan (5) berilah kesempatan siswa memberi atau mengerjakan contoh berikutnya.
Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif .Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan.Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi.Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi.Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
C. ABSTRAK
– KONKRIT
Matematika memiliki objek kajian
yang abstrk.Abstrak adalah
suatu nilai terhadap konkrit, formal suatu nilai terhadap informal, objektif
terhadap subjektif, pembenaran terhadap penemuan, rasionalitas terhadap
intuisi, penalaran terhadap emosi, hal-hal umum terhadap hal-hal khusus, teori
terhadap praktik, kerja dengan fikiran terhadap kerja dengan tangan, dan
seterusnya. Kaum
absolutis berpendapat bahwa niai yang mereka maksud adalah nilai yang melekat pada diri mereka
yang berupa kebudayaan,
jadi bukan nilai yang melekat secara implisist pada matematika.
Jadi bilangan adalah konsep
abstrak.Segitiga adalah konsep abstrak, segitiga adalah konsep abstrak. Kata
"bilangan" dan "segitiga" adalah nama satu konsep. Bilangan
dan segitiga itu hanya ada di pikiran manusia.Selain itu juga telah dikemukakan
bahwa ke- abstrakan obyek matematika itulah yang merupakan penyebab mendasar
yang berakibat seseorang guru tidak mudah mengajar matematika. Telah
ditunjukkan suatu diagram yang menunjukkan gambaran proporsional dan
pembelajaran yang memerlukan langkah kongkret menuju ke abstrak, sesuai dengan
jenjang sekolah yang bersangkutan. Sesuai dengan keperluan dapat dilakukan
penggolongan yang lebih cermat, khususnya kalau akan mengajarkan suatu topik.
Kecermatan itu misalnya, Konkret semi konkrevsemi abstrak abstrak, atau dapat
lebih cermat lagi, seperti contoh dibawah ini. Seorang guru akan memperkenalkan
gajah beserta anggota tubuhnya. Guru tersebut mengajak siswanya pergi kekebun
binatang yang memiliki gajah. Ini menunjukkan gajah secara konkret.Kemudian
didalam kelas guru melanjutkan penjelasannya dengan menggunakan "patung
gajah".Tentu saja langkah itu masih cukup konkret mesku sudah lebih
abstrak dari pada melihat gajah langsung di kebun binatang.Bila guru tersebut
selanjutnya jika hanya menggunakan "tulisan gajah" untuk lebih
memantapkan pengertian tentang gajah, berarti guru tersebut sudah melangkah lebih
abstrak.Demikian selanjutnya jika hanya menggunakan "tulisan gajah"
bahkan "kata gajah" saja berarti sudah abstrak' Jadi untuk
menjelaskan segala sesuatu tentang gajah dapat ditempuh. Gajah patung gajah
gambar gajah tulisan gajah kata gajah Manakah yang akan dipakai sebagai titik
tolak sangat tergantung dari sifat topik yang akan disampalkan /dipelajari
serta keadaan lingkungan tempat belajarnya. Dengan analog di atas, guru
matematika dituntut memikirkan dan melakukan usaha yang kreatif agar dapat
"mengkongkretkan" objek matematika yang abstrak itu sehingga dapat
mudah atau dipahami oleh siswa-siswi. Namun, untuk pelajaran matematika harus
diakhiri dengan kemampuan melakukan abstraksi. Jadi abstrak konkret abstrak,
(ini tugas penting guru matematika dan bukan tugas matematikawan)
D. Number SENSE DAN SIMBOL SENSE
Salah satu materi pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar adalah
mata pelajaran matematika.Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar ditekankan
pada pembelajaran penguasaan bilangan (number sense) yang tidak hanya
bermakna mengenal dan terampil melakukan operasi pada bilangan, tetapi harus
dapat memantapkan pengetahuan tentang bilangan. (Tri,
2007: 3). Perkembangan berpikir matematis anak dari 3 sampai 5 tahun ditandai
dengan anak-anak berusaha merepresentasikan pemahaman matematisnya melalui
simbol-simbol yang didasarkan pada gabungan simbol-simbol yang ditemukan
sendiri dan yang didapat dari refleksi budaya sekitarnya.Anak sudah dapat
membedakan antara bilangan-bilangan dan huruf, meskipun mereka tidak yakin mana
label yang benar.Anak sudah memiliki kemampuan untuk menciptakan suatu simbol
untuk membantu mereka mengingat bilangan-bilangan.Anak dapat mengingat bilangan
dalam situasi yang bermakna.Anak bahkan sudah dapat merepresentasikan nol yang
sebenarnya relatif terakhir untuk bilangan.Anak mulai menyadari relasi
matematis, meskipun ukuran dan kuantitasnya bersifat personal dan idenya
subjektif.
BAB IV
NILAI – NILAI DALAM PENDIDIKAN
MATEMATIKA
A. Arah
pembelajaran dan pengembangan peserta didik
Seorang
guru merupakan kunci sukses dalam peningkatan sebuah mutu pendidikan yang dapat
mengarahkan, mengatur, bertanggungjawab dan dapat menciptakan sebuah suasana
yang mendorong seorang siswa untuk dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan di
dalam kelas. Sebuah upaya untuk dapat menunjang tugas tersebut sangat perlu
adanya pemilihan metode sesuai dengan materi yang akan diajarkan oleh seorang
guru sehingga akan berpengaruh terhadap cara belajar seorang siswa, yang mana
setiap siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-beda dengan siswa lainnya.
B. Aspek
Kognitif, afektif, dan psikomotor dan beberapa nilai lainnya
Salah satu pilar dalam penilaian pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan adalah penilaian kelas. Penilaian kelas
merupakan kegiatan bagi guru yang harus dilaksanakan secara professional dalam
rangka mengambil keputusan.
Penilaian berbasis kelas atau
penilaian kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka proses
pembelajaran. Penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan
penggunaan informasi dan
hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat
pencapaian dan pengusaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian
belajar yang terdapat dalam kurikulum (Surapranata dan Hatta 2006: 4).
Penilaian
dalam pembelajaran meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Ranah kognitif behubungan dengan kemampuan berfikir , termasuk di
dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis
dan kemampusan mengevaluasi. Ranah efektif mencakup watak perilaku, seperti perasaan, minat, sikap,
emosi,dan nilai. Sementara ranah psikomotor mencakup imitasi, manipulasi, presisi,
artikulasi, dan naturalisasi.Domain kognitif menunjukkan tujuan pendidikan yang
terarah kepada kemampuan-kemampuan intelektual, kemampuan berpikir maupun
kecerdasan yang akan dicapai.
·
Domain
kognitif oleh Bloom dalam (Soedjadi,2000).dibedakan atas 6 kategori yang
cenderung khirarkis. Keenam kategori itu adalah 1). Ingatan, 2). Pemahaman, 3).
Aplikasi, 4) Analisis, 5). Sintesis dan 6). Evaluasi. Keenam kategori itu
hingga kini masih digunakan sebagai rujukan utama dalam pembuatan rancangan
pembelajaran matematika termasuk pembuatan alat ukur berupa tes. Tujuan
kognitif inilah yang selama ini sangat diutamakan dalam pendidikan di
Indonesia, kurang memperhatikan domain yang lain. Apabila hal tersebut
dibiarkan tersebut menerus tanpa sama sekali memperhatikan domain yang lain,
kiranya mudah dipahami kalau hasil pendidikan kita sangat mungkin mencapai
tingkat kecerdasan yang tinggi, tetapi tidak menunjukkan sikap-sikap yang
diharapkan dalam pergaulan sehari-hari.
·
Domain
Afektif menunjukkan tujuan pendidikan yang terarah kepada kemampuan-kemampuan
bersikap dalam menghadapi realitas atau masalah-masalah yang muncul
disekitarnya. Domain afektif ini oleh David R. Krathwohl dkk. 1964, (Dalam
Soedjadi, 2000) yang dikembangkan menjadi 5 kategori, yaitu 1). Penerimaan, 2).
Penanggapan, 3). Penilaian, 4). Pengorganisasian, 5). Pemeranan.
·
Domain
Psikomotor menunjukkan tujuan pendidikan yang terarah kepada
ketrampilan-ketrampilan. Khususnya untuk pelajaran matematika pengertian
ketrampilan dapat diartikan ketrampilan yang bersifat fisik, misalnya melukis
suatu bangun. Tetapi juga ketrampilan melakukan algoritma-algoritma tertentu
yang adakalanya hanya terdapat dalam pikiran. Domain psikomotoroleh Elizabeth
Simpson, 1967(dalam Soedjadi 2000) dibedakan menjadi; 1). Persepsi, 2).
Kesiapan, 3). Respon terpimpin, 4). Mekanisme, 5). Respon yang jelas dan
kompleks, 6). Adaptasi/penyesuaian, 7). Penciptaan/keaslian.
Menurut Masnur (2009: 79),
menyatakan bahwa ciri penilaian kelas adalah sebagai berikut:
1. Proses
penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran.
2. Strategi yang digunakan mencerminkan kemampuan
anak secara autentik.
3. Penilaiannya
menggunakan acuan patokan/kriteria. Hal ini dilakukan karena untuk mengetahui
ketercapaian kompetensi siswa
4. Memanfaatkan
berbagai jenis informasi.
5. Menggunakan berbagai
cara dan alat penilaian.
6. Keputusan
tingkat pencapaian hasil belajar berdasarkan berbagai informasi.
7. Mempertimbangkan
kebutuhan khusus siswa.
8. Penilaian yang
menggabungkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Ciri penilaian
di atas menunjukkan bahwa penilaian merupakan bagian yang sangat penting dari
proses pembelajaran. Jadi di setiap pembelajaran harus disertai penilaian untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui
ketercapaian kompetensi siswa. Penilaian disini menggunakan berbagai cara dan
alat penilaian dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa. Penilaian di sini
menggabungkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Adapun ciri Penilaian Kelas yang
lain yakni sebagai berikut:
(a) Belajar
tuntas, yakni peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan
berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar,
dan hasil yang baik.
(b) Otentik, yakni
memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu, mencerminkan masalah dunia
nyata bukan dunia sekolah menggunakan berbagai cara dan criteria holistik
(kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap) sehingga
mudah dipahami oleh peserta didik.
(c)
Berkesinambungan adalah memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus
menerus dalam bentuk Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir
Semester, dan Ulangan Kenaikan Kelas.
(d) Berdasarkan acuan
kriteria / patokan Prestasi kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan
peserta kelompok, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sebelumnya dan patokan
yang ditetapkan. Sehingga jelas terlihat di sini kemajuan kemampuan peserta
didik.
(e)
Menggunakan berbagai cara & alat
penilaian. Seperti mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan serta
penilaian yang bervariasi: Tertulis, Lisan, Produk, Portofolio, Unjuk Kerja,
Proyek, Pengamatan, dan Penilaian diri.
(Anonim, 2006).
BAB V
KIAT GURU MATEMATIKA
A. Melihat Masa Depan
Tugas
pendidik atau guru adalah mempersiapkan generasi bangsa agar mampu menjalani
kehidupan dengan sebaik-baiknya dikemudian hari sebagai khalifah Allah di bumi.
Dalam menjalankan tugas ini pendidikan berupaya mengembangkan potensi (fitrah)
sebagai anugrah Allah yang tersimpan dalam diri anak, baik yang bersifat
jasmaniah maupun ruhaniah, melalui pembelajaran sebuah pengetahuan, kecakapan,
dan pengalaman berguna bagi hidupnya. Dengan demikian pendidikan yang pada
hakekatnya adalah untuk memanusiawikan manusia memiliki arti penting bagi
kehidupan anak. Hanya pendidikan yang efektif yang mampu meningkatkan kualitas
hidup dan mengantarkan anak survive dalam hidupnya.
Secara
umum guru berarti orang yang dapat menjadi anutan serta menjadikan jalan yang
baik demi kemajuan. Sejak berlakunya kurikulum 1995, pengertian guru mengalami
penyempurnaan, menurut kurikulum 1995 ialah “Guru adalah perencana dan
pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Guru adalah pihak utama yang langsung berhubungan dengan anak dalam upaya
proses pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari keberadaan kurikulum.
Peranan
guru sangat penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran, selain sebagai nara
sumber guru juga merupakan pembimbing dan pengayom bagi para murid yang ada
dalam suatu kelompok belajar. hal tersebut sesuai dengan ungkapan T. Rustandy
(1996 : 71) yang mengatakan bahwa : Guru memegang peranan sentral dalam proses
pembelajaran, memiliki karakter dan kepribadian masing-masing yang tercermin
dalam tingkah laku pada waktu pelaksanaan proses pembelajaran. Pola tingkah
laku guru dalam proses pembelajaran biasanya ditiru oleh siswa dalam perjalanan
hidup sehari-hari, baik di lingkungan keluarga ataupun masyarakat, karena
setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian.
Keragaman kecakapan dan kepribadian ini mempengaruhi terhadap situasi yang
dihadapi dalam proses pembelajaran.
B. Meningkatkan Kemampuan Diri Guru
Interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikantersebut dapat
berlangsung dalam situasi pendidikan, pengajaran, latihan,
serta bimbingan.Untuk pencapaian hasil pembelajaran yang maksimal, makadiperlukan sesosok guru yang profesional. Proses
pendidikan akan berhasildengan baik jika didukung oleh seorang guru yang
profesional, karena dalamdunia pendidikan khususnya bagian pengajaran tolak
ukur keberhasilannyaadalah guru.Pembelajaran yang efektif mampu
menghasilkan output anak didik yang berkualitas. Pembelajaran yang kondusif
dan dinamis juga tidak menafikkan peran guru sebagai perantara transfer
ilmu ke murid. Keberadaan supervisi pendidikan memiliki peran penting
dalam mengawasi dan mengamati kinerjaguru
dalam membimbing anak didik menjadi insan yang berkualitas. Dalamkenyataanya
tidak sedikit dari para pendidik menemui beberapa hambatan yangmenyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan proses
belajar mengajar.Adanya hambatan bisa berakibat pada kurangnya daya inovasi
guru dalammengajar dan lemahnya motivasi guru dalam meningkatkan kemampuanmurid.
Seorang
guru tidak akan lepas dari kekurang sempurnaan, sehinggaguru juga memerlukan bimbingan dan
arahan dan juga bantuan dari orang yanglebih berpengalaman dan ahli.Tidak dipungkiri adanya guru yang kurang
profesional sangatmenguatirkan dunia pendidikan, banyak faktor yang
menyebabkan guru kurang profesional, semisal adanya kekurang fahaman guru
pada bahan ajar yangdisampaikan dan bisa
juga kondisi fasilitas sekolah yang kurang kondusif untuk proses belajar mengajar. Hal ini merupakan
indikasi bahwa faktor gurusebagai pengajar sangat berperan penting dalam
menghantarkan anak didik menjadi berhasil di kemudian hari. Untuk
itu kemampuan guru dalam mengajar perlu diperhatikan, mengingat
keberhasilan anak didik bergantung padakualitas guru sebagai pendidik.Keberadaan sekolah sebagai lembaga yang mengelola
pendidikan
mempunyai
peranan penting dalam perekrutan guru, karena baik dan buruknyaguru menjadi
tanggung jawab pihak sekolah yang telah memberikan tanggung jawab kepada
guru untuk mendidik siswa menjadi anak yang berkualitas.Untuk itu program
pelatihan pengajaran guru harus sering dilakukan oleh pihak sekolah guna menambah mutu dan kemampuan sang
guru. Tidak diragukanlagi keberadaan guru merupakan inti pokok dalam
pengembangan bakat anak didik didunia pendidikan.Hambatan yang ada pada perkembangan anak didik di
sekolahan dan dikeluarga, bisa jadi keberadaan guru yang kurang kompeten
dalam memberikan pembelajaran pada anak didik.Keberadaan supervisi
pendidikan sebagai suatu pengamatan pada kinerja guru agar pekerjaan yang
dilakukan oleh guru bisa berjalan sesuai dengan ketentuan.Untuk itu
pengamatan dan pemeriksaandimaksudkan hanya untuk melihat bagaimana kegiatan
yang dilaksanakan olehguru mampu mencapai tujuan yang ditentukan oleh sekolah.Dan keberadaan inspeksi untuk mengetahui
kekurangan-kekurangan ataukesalahan
yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan
Sekolah
sebagaitempat transfer ilmu dari
guru ke murid dapat meningkatkan mutu pendidikannya dan mengetahui
perkembangan sekolah hanya melaluisupervisi,
selain itu supervisi juga sangat dibutuhkan oleh seorang guru yang mengalami berbagai hambatan yang telah dipaparkan
diatas denganmemberikan bimbingan,
pengarahan, dan bantuan dalam mengembangkan potensi dirinya untuk
menjadi seorang guru yang profesional. Oleh karena itu,supervisi sangat penting dan sangat dibutuhkan untuk sebuah sekolah.
Biar bagaimanapun peran Kepala Sekolah sebagai pelaksana
supervisi pendidikanmempunyai peranan
penting dalam memantau perkembangan guru dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar di kelas.
C. Strategi, Pendekatakan, Metode dan
Teknik
1. Strategi
Strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien(Kemp.J. R David dan Wina
senjaya, 2008) Selanjutnya dalam kutipan mereka bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan – keputusan yang akan
diambil dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat
dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula,
yaitu :
·
Exposition
– discovery learning
·
Group
– individual learning(rowntre dalam Wine Sanjaya, 2008).
Newman
dan Logan (abin syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari
setiap usaha, yaitu :
Mengidentifikasi
dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil ( output ) dan sasaran (
target) yang harus diicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera
masyarakan yang memerlukannya. Mempertimangkan dan memilih jalan pendekatan
utama ( basicway) yang paling efektif untuk mencapai sasaran. Mempertimbangkan
dan menetapkan langkah – langka (steps) yyang akan ditempuh sejak awal sama dengan
sasaran. Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (kriteri) dan patokan
ukuran dan standar untukm mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement)
usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur
tersebut adalah :
a. Menetapkan spesifikasi dan
kwalifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil prilaku dan pribadi
peserta didik
b. Mempertimbangkan dan memilih sistim
pendekatan pembelajran yang dipandang paling efektif
c. Mempertimbangkan dan menetapkan
langka – langka atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran
d. Menetapkan norma – norma dan batas
minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,
strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikan
digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi
merupakan”a plan of operation achieving something” sedang metode adalah “ a way
in achieving something ( Wina sanjaya 2008).
2. Pendekatan
pendekatan pembelajaran matematika, yaitu cara yang ditempuh
guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi
dengan siswa. Ketika guru menetapkan suatu sasaran dalam pembelajaran, maka
perlu memilih suatu pendekatan yang tepat sehinga pembelajaran akan berhasil
secara optimal. Berikut ini adalah beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan dalam matematika yang dimaksudkan sebagai pendekatan secara
metodologi :
2.1.Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme didasarkan pada teori yang
dirintis kembangkan oleh Jean Piaget. Dalam kelas konstruktivis sesorang guru
tidak mengajarkan kepada siswa bagaimana menyelesaikan persoalan, namun
mempresentasikan masalah dan mendorong siswa untuk menemukan cara mereka
sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika siswa memberikan jawaban, guru
mencoba untuk tidak mengatakan bahw jawabannya benar atau tidak benar, namun
guru mendorong siswa untuk setuju atau tidak setuju kepada ide seseorang dan
saling tukar menukar ide sampai persetujuan dicapai tentang apa yang dapat
masuk akalnya. Pendekatan ini secara radikal berbeda dengan pendekatan
tradisional dimana guru adalah seseorang yang selalu mengetahui
jawabannya.Justru dalam pendekatan ini, para siswa diberdayakan oleh
pengetahuannya yang berada pada diri mereka. Meraka berbagi strategi dan
penyelesaian, debat antara satu dengan yang lainnya, berfikir secara kritis
tentang cara terbaik untuk menyelesaikan masalah.
Ciri-ciri pembelajaran secara konstruktivisme adalah : 1)
memberi peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan
penggunaan masalah yang kontektual. 2) menggali bagaimana cara berpikir siswa
3) mendukung pembelajaran secara cooverative 4) memperhatikan potensi yang
dimiliki oleh siswa 5) mengangap pembelajaran sebagai proses yang sama penting
dengan hasil belajar 6) mengaktifkan siswa dalam bertanya dan berdiskusi sesama
siswa dan guru 7) meningkatkan kemampuan menemukan siswa (inkuiri) melalui
kajian dan eksperimen 8) meningkatkan kemampuan dan potensi berfikir siswa 9)
menggunakan ide dan masalah yang muncul dari siswa sebagai bahan sumber
pembelajaran
2.2. Pendekatan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesainnya, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan
yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak
rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika yang penting
seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola,
penggeneralisasian, komunikasi matematika dan lain-lain dapat dikembangkan
secara lebih baik.
Sebagaimana tercantum dalam Kurikulum Matematika Sekolah
bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara
berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. Serta
mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam menyelesaikan
masalah.Oleh karena itu, kemampuan memecahkan masalah siswa merupakan hasil
belajar yang sangat penting dalam pembelajaran matematika.
Polya telah mengmbangkan suatu strategi memecahkan masalah,
yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai
dengan rencana, dan melakukan pemeriksaan kembali terhadap semua langkah yang
telah dikerjakan.Langkah-langkah ini dapat diajarkan oleh guru untuk dapat
digunakan oleh siswa dalam memecahkan masalah matematika.
Pembelajaran dengan
pendekatan pemecahan masalah dapat dilakukan guru melalui penyajian soal-soal
tidak rutin, kemudian siswa baik secara individu atau secara berkelompok
menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan strategi pemecahan masalah menurut Polya.
Dalam hal ini, peran guru sangat penting untuk memantau
kegiatan siswa dan membantu siswa dalam menerapkan strategi
yang tepat yang disesuaikan dengan situasi yang terjadi.
2.3. Pendekatan Open Ended
Suatu problem yang memiliki beragam
jawaban yang benar disebut problem tidak lengkap atau problem open-ended.
Penerapan problem open- ended dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
melalui penyajian soal/problem kepada siswa yang sasarannya bukan hasil akhir
pemecahannya, tetapi siswa diharapkan dapat mengembangkan metode, cara, atau
pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan. Jadi proses yang dilakukan
oleh siswa bagaimana sampai pada pemecahan/jawaban adalah titik perhatiannya,
bukan pada hasil akhir jawabannya. Sifat keterbukaan (open) dari problem akan
hilang jika guru hanya mengajukan satu alternative cara dalam menjawab
permasalahan.
Tujuan dari pembelajaran open-ended
menurut Nohda (dalam Suherman dkk., 2001 : 114) ialah untuk membantu
mengembangkan kegiatan kreatif dan pola piker matematis siswa melalui problem
solving secara simultan. Perlu memberi kebebasan pada siswa untuk berpikir
bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Ciri-ciri bahwa kegiatan siswa dan
kegiatan matematika disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut, yaitu ;
(1) kegiatan siswa harus terbuka ; (2) kegiatan matematika adalah ragam
berpikir ; dan (3) kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan satu
kesatuan.
2.4. Pendekatan Realistik
Matematika Realistik (MR) merupakan
matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman
siswa sebagai titik awal pembelajaran.
Pembelajaran MR menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak
pembelajaran sehingga siswa diharapkan dapat menemukan dan merekonstruksi
konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan menerapkan konsep-konsep matematika untuk
memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. Dengan kata lain, pembelajaran MR berorientasi
pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience)
dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari (everydaying
mathematics), sehingga siswa belajar dengan bermakna (pengertian).
Pembelajaran MR berpusat pada siswa,
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator, sehingga memerlukan
paradigma yang berbeda tentang bagaimana siswa belajar, bagaimana guru
mengajar, dan apa yang dipelajari oleh siswa dengan paradigma pembelajaran
matematika selama ini. Karena itu,
perubahan persepsi guru tentang mengajar perlu dilakukan bila ingin
mengimplementasikan pembelajaran matematika realistik.
Berikut ini adalah lima prinsip
utama dalam pembelajaran matematika realistik, dalam Suherman (2001 : 128) :
1) didominasi oleh masalah-masalah
dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep
matematika ; 2) perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi,
skema, dan symbol-simbol ; 3) sumbangan dari para siswa, sehingga sisa dapat
membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif, artinya siswa
memproduksi dan mengkostruksi sendiri, sehingga dapat membimbing siswa dari
level matematika informal menuju matematika formal ;
4) interaktif sebagai karakteristik
dari proses pembeajaran matematika ; dan 5) intertwinning (membuat jalinan)
jalinan antar topik atau antar pokok bahasan.
Selebihnya ada 16 pendekatan pembelajaran yang akan dibahas pada makalah selanjutnya.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara
menyajikan materi yang bersifat umum. Metode pembelajaran dapt diartikan juga
sebagai cara yang digunakan ntuk mengimplementsikan rencana yang sudah disususn
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajran.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dpat digunakan untuk
mengiplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya ; 1) ceramah; 2) Tanya jawab; 3) diskusi; 4)
belajar kooperatif; 5) demonstrasi; 6) ekspositori 7) penugasan 8) ekperimen dan
sebagainya
1) Metode
Ceramah
Metode ceramah adalah metode
penyampaian bahan pembelajaaran secara lisan.Metode ini banayk dipilih guru
karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantukhusus serta tidak
perlu merancang kegiatan siswa.Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah
terdapat unsur paksaan.Dalam hal ini siswa hanya dihaaruskan melihat dan
mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu
dianggap selalu benar itu.Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme
psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima dari
guru.Nilai yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.
2) Metode
Tanyajawab
Metode Tanya jawab dapat menarik dan
memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa
akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan
keruntutan dalam mengemukaakn pokok – pokok pikirannya dapat terdeksi ketika
menjawab pertanyaan.Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk
mengadakan penelusuran lebih lanjut dalam berbagai sumber belajar. Metode ini
akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran
siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
3) Metode
Diskusi
Metode diskusi adalah cara
pembelajaran dengan memunculakn masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar
gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesaman pendapat. Dengan metode diskusi
keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi teransang,
siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat
orang lain, yanglebih penting melalui diskusi meereka akan belajar bertanggung
jaawab terhadap hasil pemikiran bersama.
4) Metode
Belajar Kooperatif
Dalam metode ini terjadi interaksi
antar anggota kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 orang.Semua
anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh
aktifitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. Model belajar
kooperatif yang sering diperbincangkan yaitu belajara kooperatif model jigsaw
yakni setiap anggota keompok mempelajari materi yang berbeda untuk disampaikan
atau diajarkan pada teman sekelompoknya
5) Metode
Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara
penyajian pelajaran dengan memeragakkan suatu proses kejadian. Metode
demonstrasi bisasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu
pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, dan lain – lain.Akan tetapi,
alat ddemontstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan whiteboard,
mengingat fungsinya yang multiproses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan
siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, dan membuat hitungan matematika
dan lain – lain.
6) Metode
Ekspositori/ pameran
Metode ekspositori adalah suatu
penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi atau tiga dimensi, dengan
maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu penyampaian
informasi yang diperlukan.
7) metode
Penugasan
metode ini berarti guru memberi
tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini dapat
mengembangkan kemandirian siswa, merangsang untuk balajar lebih banyak membina
disiplin, dan tanggungjaawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah
sendiri infformasi.Tetapi dalam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan
siswa tidak bekerja secara mandiri.
8) Metode
Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara
penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen,
siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru
dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikat ilmiah, dan hasil
belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode ini paling tepat
apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
atau pendekatan penemuan.
4. Teknik
Teknik
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengiplementsikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relative banyak membutuhkan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode
caramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan
penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang
siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal
ini, gurupun dapat berganti – ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama.
BAB VI
TANTANGAN PENDIDIKAN GURU
A. Tentang Matematikawan dan Pendidikan
Matematika
Matematikawan adalah seseorang yang bidang
studi dan penelitiannya dalam bidang matematika. Istilah ini juga ditujukan
kepada orang yang ahli ilmu Matematika.
Sebagian
orang percaya bahwa matematika telah dimengerti secara keseluruhan, padahal
masih banyak masalah yang belum terpecahkan. Penelitian di berbagai bidang
matematika terus berlangsung, dan penemuan baru di matematika dipublikasikan
dalam jurnal ilmiah. Banyak jurnal yang memang
khusus untuk matematika dan banyak juga mengenai subjek yang mengaplikasikan
matematika (misalnya ilmu komputer teoritis dan fisika
teoritis).Tidak seperti sains,
pada penelitian matematika secara umum tidak melakukan eksperimen. Di
matematika, kebenaran diturunkan dari kebenaran lain yang telah diketahui
sebelumnya. Kalaupun eksperimen dengan komputer dan data numeris terlibat, hasil
akhir yang diharapkan adalah pembuktian teorema.Perhitungan bukanlah bagian
besar dari penelitian matematika, dan matematikawan tidak perlu memiliki
kemampuan hebat dalam menjumlahkan atau mengalikan angka. Lihat kalkulator mental tentang orang-orang yang hebat dalam
melakukan perhitungan dalam kepalanya.
Pendidikan Matematika, yang dalam konteks ini disebut dengan
matematika sekolah adalah matematika yang umumnya diajarkan dijenjang pendidikan
formal dari SD sampai tingkat SMA. Tidak termasuk tingkat perguruan tinggi
karena diperguruan tingggi matematika didefinisikan dalam konteks matematika sebagai
ilmu (matematika murni). Matematika sekolah jelas berkaitan dengan anak didik
yang menjalani proses pengembangan kognitif
dan masing – masing. Secara khusus dapat dikatakan bahwa dalam
matematika sekolah perlu memperhatikan aspek teori psikologi khususnya teori psikologi perkembangan. Mereka memerlukan
tahapan belajar sesuai dengan perkembangan jiwa dan kognitifnya. Potensi yang
ada pada diri anak pun berkembang dari tingkat rendah ke tinggi, dari sederhana
ke kompleks.
B. Pendidikan Guru Matematika
Dalam proses
pembelajaran matematika, tentu saja sering kali siswa juga mengalami kesulitan
dengan aktivitas belajarnya. Oleh karena itu, guru perlu memberikan
bantuan/topangan kepada siswa dalam pembelajaran matematika.Seperti diungkapkan
oleh Susento, pemberian topangan memungkinkan siswa memecahkan masalah,
melaksanakan tugas atau mencapai sasaran yang tidak mungkin diusahakan siswa
sendiri.Topangan merupakan semua strategi yang digunakan guru dalam membantu
usaha belajar siswa melalui campur tangan yang bersifat memberi dukungan;
bentuknya bisa berbagai macam, tetapi semuanya bertujuan untuk memastikan agar
siswa mencapai sasaran yang berapa di luar jangkauannya.
Topangan yang bisa
diberikan guru, misalnya, pemberian petunjuk kecil, pemberian model prosedur
penyelesaian tugas, pemberitahuan tentang kekeliruan dalam langkah pengerjaan
soal, mengarahkan siswa pada informasi tertentu, menawarkan sudut pandang lain
dan usaha menjaga agar rasa frustrasi siswa terhadap tugas tetap berada pada
tingkat yang masih dapat ditanggung. Topangan menjadi penanda interaksi sosial
antara siswa dan guru yang mendahului terjadinya internalisasi pengetahuan,
keterampilan, dan disposisi, dan menjadi alat pembelajaran yang dapat
mengurangi keambiguan sehingga meningkatkan kesempatan siswa mengalami
perkembangan (Roehler & Cantlon, 1997).
Implementasi dan tantangan Gagasan dan pemikiran yang
disampaikan oleh para pakar pendidikan matematika di atas memberikan sebersit
harapan dan menumbuhkan optimisme akan masa depan pembelajaran matematika di
sekolah yang lebih baik dan bermutu. Namun, masih juga tersisa keraguan dalam
implementasinya ketika pulang kembali di sekolah dan menatap realitas
pembelajaran matematika di kelas-kelas kita.
Sisdiknas yang
memberi kewenangan kepada guru untuk melakukan evaluasi terhadap siswa ajarnya,
atau yang terbaru dengan KTSP di mana dalam KTSP tersebut juga mensyaratkan
bahwa dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai situasi (contextual problem).Dengan masalah
kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep
matematika. Namun, kalau kemudian pemerintah tetap memberlakukan UN, apakah ini
tidak kontradiktif?.
Tantangan lain
adalah bagaimana guru mengusahakan bahan ajar dalam pembelajaran matematika
yang kontekstual dan realistik. Sejauh ini buku ajar matematika yang dipakai di
sekolah jauh sekali dari yang namanya konsep matematika konstruktif atau
realistik. Guru mau tidak mau dituntut untuk bekerja keras dan terus belajar.
Masalah kontekstual dan realistik tidak mungkin ditemukan jika guru hanya diam
”berpangku tangan” guru mesti terus bergerak, menggali, dan terus-menerus
berusaha membumikan konsep matematika dengan menemukan hubungan atau
keterkaitan bahan ajar matematika dan persoalan nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Tantangan bahan ajar yang belum tersedia sebenarnya juga bisa
menjadi peluang bagi guru untuk menyusun bahan ajar sendiri.
BAB
VII
TANTANGAN
PENDIDIKAN GURU MATEMATIKA DI MALUKU
A. Hambatan Guru Matematika di Maluku
Bukan
hanya di dalam daerah Maluku khususnya, tetapi di daerah lainnya juga Menjadi
guru di bagian timur Indonesia khususnya daerah Maluku bukanlah hal yang
biasa-biasa, karena banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah
kemajuan teknologi. Pembelajaran dengan papan tulis atau whiteboard selalu
menjadi hal yang dianggap wajar.
Pemahaman siswa terhadap konsep
matematika tidak mudah diperoleh tanpa media yang memadai dan kreativitas guru
sebagai tenaga pengajarnya. Tersedianya media belajar yang memadai di sekolah
tidak akan berarti apa-apa jika guru sebagai fasilitator tidak mampu berpikir kreatif
dalam memanfaatkan media untuk menyampaikan konsep-konsep dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran matematika
diperlukan contoh-contoh nyata yang mudah dipahami agar siswa dapat menemukan
konsep-konsep yang abstrak dalam pelajaran matematika. Namun tidak mudah
mencari contoh-contoh nyata agar siswa mudah untuk menemukan dan memahami
konsep-konsep matematika yang sulit.
Dengan adanya aplikasi-aplikasi
pendukung dalam pembelajaran matematika tentunya diharapkan dapat menciptakan
proses belajar yang efisien dan menyenangkan. Namun kemudian dengan adanya
aplikasi-aplikasi tidak akan berarti apa-apa jika guru sebagai fasilitator
tidak dapat menggunakannya. Guru harus belajar agar dapat menggunakan
aplikasi-aplikasi ini dengan baik sehingga dapat membantu peserta didiknya
lebih mudah dalam memahami konsep-konsep pelajaran matematika.
B. Solusi untuk Meningkatkat Kualitas Guru dan Peserta Didik
Berani mengajar berarti harus siap untuk
senantiasa belajar.Pesan bijak ini patut menjadi perhatian para guru
matematika, sebab sebagaimana ilmu pengetahuan lain, matematika senantiasa
berkembang dan metode pembelajaran juga mau tidak mau harus senantiasa bergerak
aktif dan inovatif jika tak ingin membuat siswa menjadi benci pada
matematika.Kini kita telah memasuki era millenium, dimana teknologi kian
menarik dan memanjakan, dan mau tidak mau suatu pembelajaran ilmu juga harus
bisa menyaingi menariknya segala bentuk kesenangan dan keasyikan yang
diciptakan teknologi.Untuk itulah, para guru matematika dituntut untuk
senantiasa meluaskan wawasan dan ilmunya, dalam rangka memberikan bimbingan
maksimal untuk siswanya.
Setidaknya ada empat hal yang bisa dilakukan para guru dalam upaya meningkatkan kompetensinya.
Setidaknya ada empat hal yang bisa dilakukan para guru dalam upaya meningkatkan kompetensinya.
1. Pertama, latar belakang pendidikan keguruan
matematika. Meskipun ini tidak mutlak, namun dengan landasan pendidikan
matematika yang kuat, guru akan lebih memiliki pondasi kokoh dalam melaksanakan
pembelajaran matematika di kelas. Namun jika hal ini tak dapat dipenuhi, guru
dapat menyiasatinya dengan berusaha senantiasa belajar, seperti upaya-upaya
yang akan kami kemukakan berikutnya.
2. Kedua, guru dapat terus belajar melalui
buku-buku matematika terbaru, baik tentang pendalaman materi matematika maupun
pada teori pembelajarannya. Selain itu guru dapat menelusurinya dengan
memanfaatkan teknologi internet, dimana model-model pembelajaran terbaru
senantiada ada dan disebarluaskan di dunia maya.
3. Ketiga, guru dapat memaksimalkan peran MGMP
dalam rangka bertukar pikiran dan pengalaman dengan guru dari sekolah lain.
Apalagi MGMP merupakan kumpulan guru dalam lingkup daerah, sehingga barangkali
persoalannya tidak jauh berbeda antar guru, sehingga dapat dicarikan solusi
secara bersama-sama.
4. Dan yang keempat,
guru dapat berperan aktif mengikuti diklat-diklat pembelajaran matematika,
apalagi sekarang pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan program
peningkatan mutu guru-guru, termasuk di dalamnya guru matematika, dalam program
diklat yang dilaksanakan secara lokal maupun nasional.
DAFTAR PUSTAKA
http://rockeducation.wordpress.com/forum-guru/matematika/
http://syarifartikel.blogspot.com/2010/04/membedakan-kemampuan-kognitif-afektif.html
Kunandar. 2008 Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
http://rujukanskripsi.blogspot.com/2013/06/skripsi-pendidikan-matematika.html
http://umar.student.unidar.ac.id/2014/01/kiat-pendidikan-matematika-di-maluku_4091.html
http://umar.student.unidar.ac.id/2014/01/kiat-pendidikan-matematika-di-maluku_4091.html
http://peak-ok.blogspot.com/2013/06/defenisi-pendekatan-strategi-metode-dan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Matematikawan
http://id.wikipedia.org/wiki/Matematikawan
http://herman.student.unidar.ac.id/2014/01/kiat-pendidikan-matematika-di-maluku.html
Langganan:
Postingan (Atom)